Selasa, 26 April 2011

Semua Tentang Cinta (All About Love)

Namanya Sari, nama anak desa dan memang desa. Lugu, dan jujur. Dia tidak pernah merasakan cinta pada laki – laki. Punya teman dan orang – orang yang menyayanginya. Ada seorang teman laki –lakinya, Dino, yang jatuh cinta pada Sari. Cinta itu tampak pada sikap – sikap baiknya ke Sari. Tapi, Sari tak peka soal cinta. Yang dia tahu, kesenangan dalam hidupnya, bermain dengan teman – temannya. Dino pemalu, tak mungkin dia bilang perasaannya pada Sari.



Beberapa lama, ada tetangga baru pindahan dari luar kota, Okti, cewe. Sari berteman dengannya. Dan pastinya, Okti juga dekat dengan Dino, orang yang selalu mencintai Sari. Oktipun bergaul dengan Sari, Dino, dan warga setempat. Sebentar saja, Okti akrab dengan Dino, dan, nampaknya, Okti suka pada Dino. Saat itu pula, Sari merasa aneh. Dadanya sesak jika melihat Okti dengan Dino, tak sanggup melihat mereka berdua. Di rumah, Sari selalu gelisah memikirkan kedekatan Okti dengan Dino. Dia bertanya dalam hati “Kenapa aku ini? Kenapa aku selalu sedih melihat Okti dengan Dino? Argghhh”. Sari bingung sendiri.



Di saat dia bingung – bingungnya, dia bertambah sesak mendengar Okti menembak Dino. Tapi, dia tak tahu, kalau Dino menolaknya. Dia mendatangi Dino. “Dino! Apa bener? Kamu sekarang pacarnya Okti?” tanya Sari geram. Dino yang tadinya bingung Sari marah – marah, jadi tersenyum, tahu bahwa Sari cemburu. Lalu Dino bilang “Nggak, aku menolaknya.” sambil cengangas – cengenges. Sari lega lalu berlari pulang. Mungkin dia malutanya seperti itu pada Dino. Dino dalam hati, “Sari cemburu, asiik. Hihi”. Tak hentinya dia jingkrak – jingkrak. Nggak lama – lama,



Esoknya Dino ke rumah Sari mengungkapkan perasaannya pada Sari, “Sar, aku cinta sama kamu. Dari dulu, Sar. Kenapa kamu baru ngerasain cinta itu sekarang?” Sari malu, “Maaf, No. Aku emang bodoh nggak ngerasa kalau kita saling cinta.” Dino membalas, “Sudahlah, sebelum semua terlambat untuk kedua kalinya, maukah kamu jadi pacarku?” Sari, “Banget, hehe.” Salting.



Mereka sekarang pacaran bahagia dengan cinta mereka. Tak lupa, Okti enjoy aja kok. Karena dia sadar, rasa cintanya pada Dino nggak dalem – dalem banget and karena terlalu “gegabah” dalam cinta. Selesai..

Sabtu, 11 Desember 2010

Liverpool vs. AC Milan Champions League Final 2005 [HQ]

BADAI TAK DATANG SETIAP HARI

Ia hanya datang sesekali saja dalam hidup, itulah badai persoalan. Memang begitulah kenyataan hidup yang kita alami. Kita pasti pernah mengalami cobaan hidup yang begitu berat terasakan. Kadang, buntu, tak tahu apakah cobaan berat itu dapat terselesaikan. Kemudian, setelahnya, kita baru menyadari hikmahnya ketika cobaan itu berlalu sudah. Dan, kita pasti mengenangkan kisah-kisah sedih hidup kita itu. Menjadi catatan sejarah tersendiri bagi diri dan kehidupan ini. Dari rangkaian hidup yang demikian, alangkah baiknya ketika kita mau berbagi pengalaman dengan orang lain. Siapa tahu bermanfaat bagi kehidupannya.

Saya membicarakan badai kehidupan ini karena teramat banyak kasus yang saya baca dan lihat baik di koran maupun televisi. Semakin banyak saja orang yang melakukan jalan pintas untuk bisa keluar dari persoalan yang dia hadapi. Jalan pintas yang tentunya tak sesuai dengan akal sehat dan norma agama yang diyakininya. Sungguh, kadang tak habis pikir dengan kenyataan yang demikian. Bunuh diri, adalah salah satunya.
Sebenarnya, kalau kita bisa jernih membaca keadaan, besar kecilnya persoalan itu tergantung dari cara pandangan kita. Dan, cara pandang kita ini terkait erat dengan keilmuwan dan wawasan kita. Nah, dalam hal ini, kita mesti punya frame (bingkai) dalam memandang setiap persoalan. Kalau tidak, kadang, memang kita sering salah dalam mensikapi berbagai badai persoalan yang datang.

bagi kaum manusia, tentu sudah mengenal konsep yang sungguh indah.

Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur

Jika sedang tertimpa musibah ia bersabar.

Alangkah indahnya, konsep yang ideal sekali. Hanya saja, kadang kita, dan saya sendiri sering lupa dengan konsep tersebut. Lebih banyak lupanya untuk diterapkan dalam kehidupan keseharian kita. Makanya, tak heran jika kita masih saja sering salah dalam mengambil keputusan.

Kalau diantara kita ada yang sedang bahagia hari ini, bersyukurlah, Jangan biarkan kenikmatan itu dirasakan sendiri, berbagilah kenikmatan yang dirasakan bersama orang lain. Keluarga, sahabat, kaum du’afa, atau orang-orang tercinta.

Kemudian, bagi yang saat ini sedang merasa sedih, jengkel, kecewa atau sedang mengalami cobaat yang besar. Bersabar itu perlu sebagai awalan. Setelahnya, kita pelan-pelan mencari jalan keluar yang tepat. Tergesa-gesa mengambil keputusan bukan cara yang bijak karena selalu buruk pada akhirnya. Kita mungkin perlu merenung sejenak, apakah jalan keluar yang kita semai nantinya benar-benar sebuah jalan yang benar. Atau justru sebaliknya. Sekali lagi, frame yang akan berbicara. Jika ia seorang muslim, tentu merujuk pada kidah-kaidah agama yang ia pahami.

Kita mesti ingat, akan menjadi pahlawan atau pecundang.

Pahlawan adalah mereka yang cerdas memaknai masalah yang dihadapinya, justru dengan keadaan demikian, menjadikannya kreatif untuk menghasilkan suasana baru. Sebuah kondisi yang kadang akan membuatnya dikenang dalam sepanjang sejarah. Ini bisa juga berarti kesuksesan dan kejayaan dalam sepanjang hidupnya. Dan, pecundang adalah mereka yang selalu saja berkeluh kesah, menyalahkan takdir, atau justru menyalahkan orang lain sebagai penyebab dirinya begitu. Sekarang, silakan memilih.

Persoalan selalu ada. Besar kecilnya persoalan tergantung dari cara pandang kita. Datangnya persoalan bukan untuk disesali. Yang terpenting adalah sikap kita dalam mensikapi persoalan itu. Jika orang bisa bertahan di tengah badai. Kelak, kesuksesan dan kejayaan yang akan diraihnya, Percayalah!